Mitos tentang orang miskin dan kerusakan lingkungan. (dari P.P. Rogers, K.F. Jalal, dan J.A. Boyd. 2006. "An Introduction to Sustainable Development")
1. Sebagian besar kerusakan lingkungan dilakukan oleh orang miskin
Ini mitos, jelas keliru. Justru kerusakan oleh orang kaya jauh lebih besar. Jika pun orang miskin melakukan penebangan hutan, itu kan karena disuruh, dibiayai, serta ditampung hasilnya oleh orang kaya. Orang kaya mengkonsumsi listrik lebih banyak, makai bensin banyak knalpot mobilnya juga banyak, makan banyak ga dihabisin, dst.
2. Penghapusan kemiskinan akan mengurangi laju kerusakan lingkungan
Iya, secara terbatas. Jika yang terkena adalah mereka yang langsung berkaitan. Namun, semakin tinggi pendapatan masyarakat suatu negara, semakin besar kerusakan lingkungan untuk memenuhi gaya hidupnya. Ia tak hanya merusak lingkungan di tempatnya, namun sampai ke kampung orang, ke negara selatan. Orang miskin cenderung mandiri, pakai energi mandiri. Ia tak banyak naik kendaraan, tak banyak pakai listrik, kalau makan secukupnya dan berasal dari pekarangannya sendiri.
3. Orang miskin terlalu miskin untuk menjaga lingkungan
Buktinya, Departement For International Development di Inggris telah melakukan beberapa studi yang menunjukkan bahwa komunitas miskin mau menjaga lingkungannya, dengan beberapa persyaratan: bahwa kepemilikan mereka terhadap sumberdaya tersebut diakui dan diberikan wewenang untuk mengatur sumberdaya yang menjadi milik mereka. komunitas miskin tersebut cenderung tidak akan menjaga lingkungannya bila sumberdaya tersebut dimiliki dan diatur oleh pihak luar seperti misalnya perusahaan logging atau (bahkan) pemerintah. bila mereka diberi pengakuan dan hak untuk mengelola sumberdaya tersebut, mereka cenderung mau untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan mereka, terutama dengan (tenaga dan) kerja, karena mereka tidak memiliki uang.
4. Pertumbuhan populasi berdampak langsung pada kerusakan lingkungan
Pertambahan jumlah penduduk memang akan meningkatkan kebutuhan terhadap sumberdaya alam. namun demikian dampak terhadap lingkungan tidak hanya disebabkan oleh peningkatan populasi, namun juga oleh GDP (yang terkait dengan tingkat konsumsi populasi tersebut) dan perkembangan teknologi. Selai itu, pendidikan, kesadaran, dan kultur juga penting. Sektor kehidupan apa yang dijalankan juga penting.
5. Orang miskin tidak punya kemampuan teknis untuk mengelola sumberdaya.
Ga juga. Faktanya, local indigenous mereka sering terbukti lebih cocok atau bahkan lebih baik untuk menunjang habitat mereka. Justeru, ketika teknologi modern diperkenalkan kepada mereka, pengetahuan lokal seringkali dinilai rendah. Teknologi modern dan mesin-mesin canggih seringkali gagal menyelesaikan masalah, karena komunitas miskin tersebut seringkali tidak mengerti bagaimana merawat dan atau mengoperasikan teknologi yang asing tersebut.